PEREMPUAN DAN KAPITALISASI INDUSTRI
Jika kita berbicara tentang perempuan apa yang kita pikirkan?.
Dari kodrat nya, perempuan memiliki rahim. Sedangkan dari sifatnya, perempuan diasosiasikan sebagai insan yang memiliki sifat penuh kasih sayang, memiliki kepekaan yang tinggi, perasa dan lembut hatinya serta tidak sedikit juga orang yang memandang perempuan itu adalah adalah makhluk yang lemah.
Kelemahan perempuan yang kemudian menjadikan mereka sebagai makhluk yang selalu butuh pertolongan dari lelaki. Anehnya, perempuan senang beri predikat tersebut. Padahal, sebenarnya predikat tersebut merupakan sebuah bentuk ungkapan ketidakberdayaan perempuan.
Sehingga perlu kita sadari bahwa cantik dan menarik saja tidak cukup untuk membuat perempuan memiliki hak, perlakuan dan akses yang sama dengan laki-laki dalam segala aspek kehidupan termasuk di bidang industri.
Persaingan di dunia industri saat ini sangat sengit sekali, jadi dengan predikat 'lemah' serta tampilan cantik dan menarik dari perempuan membuat mereka dieksploitasi tanpa disadari. Sebab, perempuan memiliki daya tarik tersendiri dalam dunia industri untuk menarik minat konsumen seperti kulit putih mulus, bagian dada, leher, gerakan tubuh serta mimik wajah.
Akibatnya, dalam dunia industri, perempuan tidak memainkan peran sebagai pengelola, mereka hanya dijadikan pajangan dalam bentuk memamerkan lekuk tubuh beserta atribut kecantikan lainnya agar dijadikan sebagai promosi bagi konsumen untuk tertarik membeli perlengkapan yang disediakan oleh dunia industri. Tanpa disadari, dengan kondisi tersebut, hanya menguntungkan bagi beberapa pihak dan menyebabkan perempuan di nomor sekiankan dalam bidang industri.
Fakta ini dapat dilihat dari data detikfinance.com dan databoks tahun 2020 deretan orang terkaya di dunia dan Indonesia sendiri didominasi oleh laki-laki. Hal ini disebabkan kurangnya akses bagi perempuan untuk mengembangkan diri.
Faktanya saat ini pengembangan diri perempuan di bidang industri terhambat karena faktor patriarki yang diibaratkan seperti asap tebal yang menyelimuti perempuan.
"Menurut Alfian Rokhmansyah" (2013) dalam buku Pengantar Gender dan Feminisme, patriarki berasal dari kata patriarkat, berarti struktur yang menempatkan peran laki-laki sebagai penguasa tunggal, sentral, dan segala-galanya. Hal ini menyebabnya terjadinya kesenjangan dalam kehidupan dan segala aspek seperti sosial, politik, ekonomi, dan budaya.
Terlebih lagi dengan mitos jadul yang masih berkembang hingga saat ini yaitu “kamu kan perempuan”, di tambah lagi dengan terbatasnya informasi dan pengetahuan bagi perempuan itu sendiri tentang hak yang didapatkannya, apalagi jika perempuan sudah menikah perempuan selalu di tuntut untuk mengetahui kewajibannya tapi tidak haknya.
*Revolusi Industri 4.0 dan Peluang Perempuan*
Pada masa revolusi industri 4.0 saat ini merupakan peluang bagi perempuan untuk mengambil peran, karena sama-sama memulai dari garis star untuk menuju kesuksesan di bidang industri, sehingga perempuan tidak lagi menjadi objek, atau menjadi korban ekploitasi dalam bidang promosi.
Hal ini didukung dengan kemajuan teknologi. Dimana proses untuk branding lebih efisien menggunakan sosial media, karena ‘pasar’ atau calon konsumen yang mudah dijangkau saat ini adalah pengguna sosial media.
Rata-rata saat ini semua orang memiliki sosial media, sehingga peluang ini harus dimanfaatkan dengan baik oleh perempuan untuk menjadi pemeran utama dalam dunia industri.
Tentunya, kesempatan baik ini tidak boleh dilewatkan begitu saja oleh perempuan, karena sesuai dengan firman Allah dalam surat Surat Ar-Ra’d Ayat 11 yang artinya : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
*KOHATI dapat Mengambil Peran*
Oleh karena itu mulai berbenah dari diri sendiri, Open Minded untuk menerima tuntutan zaman, serta menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, suatu langkah yang baik ketika ada perempuan yang mulai menyadari bahwa ilmu yang dapat dari pendidikan formal saja tidak cukup, maka perlu untuk berhimpun dalam organisasi, seperti Korps HMI-wati atau KOHATI yang memiliki tujuan yang di catat dalam Pasal 3 Pedoman Dasar Kohati yaitu terbinanya mulimah yang berkualitas insan cita.
Dengan fenomena hari ini bagi setiap kader KOHATI, My self mulai dari diri sendiri karena yang pertama harus merdeka secara pemikiran, kreatif dan mandiri kemudian berani bertindak, Indonesia memiliki perempuan yang sukses di bidang industri seperti Aulia Halimatussadiah pendiri toko buku online, ia telah berhasil merintis karirnya dibidang literasi sejak tahun 2006, untuk bidang e-commerce Diajeng Lestari pendiri HijUp telah Go International dan sukses sejak ia dirikan dari tahun 2011, kemudian ada Anne Avantie perancang busana yang mana karya nya telah dipakai dalam event international, dan Dian Pelangi seorang perancang busana, karyanya telah kerap di pamerkan dalam pagelaran internasional, bukan hanya itu ia pun juga memiliki brand jilbab sendiri dan sangat diminati oleh kaum hawa.
Kondisi hari ini, dengan melihat beberapa perempuan yang sukses di dunia industri mestinya menjadi motivasi untuk KOHATI apalagi ditengah revolusi industri 4.0 harusnya tidak menyia-nyiakan kesempatan berharga ini, maka dari itu diharapkan Pedoman Dasar Kohati bukan hanya sebagai landasan atau sekedar hafalan sebagai syarat untuk screning Latihan Khusus Kohati, namun benar-benar dipahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
bila kita melihat jejak KOHATI beberapa tahun kebelakang namun saat ini kita tidak lagi membahas sejarah KOHATI, namun kita harus mengingat KOHATI sudah berusia lebih kurang 54 tahun, 1966-2020, jika kita umpamakan KOHATI ini adalah seorang perempuan memiliki anaknya sudah dewasa, namun pertanyaannya apakah sukses ? sukses untuk mendobrak pintu-pintu patriarki yang mengurung perempuan Indonesia untuk berkarya, hal ini dibantah dengan ada beberapa FORHATI yang sukses di bidang politik, namun perlu kita pahami menjadi politisi bukan hanya salah satu kunci kita sukses dalam kehidupan.
Harapan untuk kedepannya KOHATI menjadi garda terdepan untuk menjadi role model perempuan Indonesia, membuka akses untuk perempuan untuk memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki, serta mendukung dan mengawal kebijakan pemerintah agar memperhatikan hak-hak perempuan, KOHATI itu istimewa karena untuk memiliki kesadaran untuk berproses di organisasi di tengah pekatnya asap patriarki di Indonesia itu luar biasa, maka bila sudah berproses di KOHATI jangan sia-siakan.
Komentar
Posting Komentar