CERPEN "RINDU AKAN TEMU"


PROLOG

            Rindu merupakan sebuah rasa atau keinginan akan sebuah pertemuan maupun sebuah perjumpaan. Baik itu terhadap pasangan, orang tua, sahabat maupun kampung halaman, ibaratnya seperti bulan yang selalu merindukan matahari akan pancaran cahayanya dan seperti bumi yang merindukan langit untuk menurunkan hujan agar bisa mengobati kekeringan.

            Cerita ini berdasarkan kisah seorang remaja yang sedang merindukan kekasihnya sedang dalam perantauan jauh di kota sebrang, bukan untuk mencari nafkah ataupun mencari pasangan hidup. Namun, mencari secuil ilmu pengetahuan demi menggapai tujuan ataupun cita-cita yang selama ini di impikan.

Dalam perantauan tersebut, sepasang kekasih ini harus di landa akan rasa pertemuan ataupun perjumpaan untuk mengobati rasa yang selalu menggangu sajak-sajak tidur kedua insane ini.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DERMAGA

Angin malam begitu dingin

Dikelilingi kegelapan

Kesunyian,

Bahkan mencekik rasa akan perpisahan

 

“Kenapa malam ini  kau tidak berkata apapun” Tanya Ku, tidak seperti biasanya kamu terdiam seperti ini. Di setiap pertemuan, engkau selalu terrtawa riah. Bahkan, kamu tidak pernah mau berhenti berbicara walaupun aku suruh diam pasti kamu akan tetap untuk berbicara. Lantas, apa yang merasukimu pada malam hari ini sehingga kamu harus terdiam seperti ini ?”.

            Mulia merupakan seorang perempuan yang begitu cerewet dan dia akan tetap cerewet walaupun di suruh diam. Namun, meskipun sfat semerti hal demikian, Ia sangat di sayangi oleh keluarganya. Bahkan keluargaku pun sudah merestui hubungan ku dengan Ia,  selama ini Mulia sangatlah Baik terhadap Keluarga ku. Sampai-sampai Orang tua ku lebih menyayangi Mulia di bandingkan Aku anaknya sendiri. Dan terkadang aku merasa, bahwa aku ini bukan anak kandungnya, melainkan anak yang di asuhnya dari panti asuhan hehe.

“Nggak kenapa-napa ko Nass”. Jawab Mulia dengan wajah yang penuh dengan kecemasan, seakan-akan ada sesuatu hal yang ingin di sembunyikan oleh. Ibaratnya matahari yang ingi memberikan cahaya terhadap bulan, namun di halangi oleh awan yang begitu gelap

“Jujur saja, Aku tidak ingin kamu menyembunyikan sesuatu hal terhadap ku. Bukankan kamu sudah katakana di hari lalu. Bahwa, engkau tidak akan pernah menyembunyikan satu hal apapun terhadap Ku ??” Tegas nass.

             Aku sudah mengetahui betul bagaimana sifat Mulia kalau lagi marah, bahagia. Bahkan ketika ia lagi menyembunyikan sesuatu. Dan kali ini Mulia begitu terdiam, itu menunjukan ada sesuatu yang ia sembunyikan. Tiba-tiba saja Mulia menangis sambil memeluk tubuh ku yang pada saat itu memang sangat kedinginan di sudut dermaga. Dengan hembusan angin sepoi-sepoi, suara pecahan ombak yang sedang berbisik-bisik dengan irama seakan-akan mereka sedang merasakan apa yang kami rasakan pada malam itu.

“Akuuu, Aku belum ingin kita berpisah Nass. Aku masih ingin berada di samping mu, bercanda, tertawa ria, bahkan menikmati indahnya senja bersama mu di dermaga ini Nass. Akuuuuu, aku masih ingin disini”.

Sebelumnya, aku tidak pernah melihat Mulia seperti ini.Seorang perempuan yang begitu ceria, tangguh walaupun cerewet. Namun, ini merupakan pertama kalinya aku melihat dia begituh sedih. Bahkan, sampai harus meneteskan air mata. Sikapnya kali ini membuat aku resah, penuh dengan tanda Tanya. Kenapa dia seperti ini ??

“Looh, kenapa kamu menangis seperti ini?, tidak seperti biasanya kamu seperti ini. Apalagi sampai meneteskan air mata, sebenarnya ada masalah apa sayang  ??

Aku begitu sangat khawatir dengan sikap dia yang tiba-tiba seperti ini, beberap kali aku Tanya terkait apa yang ia rasa. Namun, belum juga ia mau menjawabnya. Ia hanya tetap menangis. Dan tiba-tiba saja dia langsung menjelaskan semuanya.

“Nass, beberapa hari lagi akuuuuuu, aku akan pergi merantau untuk melanjutkan jenjang dalam perguruan tinggi yang ada kota sebrang. Sebenarnya, Aku belum bisa berpisah dengan kamu. Aku masing ingin berada di dekat mu, bercumbu mesra, tertawa ria, bahkan bertingkah laku konyol yang seakan-akan masih seperti bocah ingusan yang sedang bermain lumpur-lumpuran. Tapi mau nggak mau aku harus pergi Nass, karena ini merupakan impian ataupun cita-cita yang aku inginkan selama ini Nass. Maafkan aku sayang”. Mulia menangis sambil memeluk erat Nass yang hanya bisa terdiam kaku pada saat malam itu.

“Apakah secepat ini kita di pisahkan? Padahal kita baru saja menikmati hari-hari bahagia dengan penuh kemesraan, susah senang kita lewati bersama. Aku tidak akan melarang mu untuk meneruskan jenjang pendidikan mu di luar kota sana, yang aku takutkan. Bahwa, engkau berpaling dengan ku setelah engkau sukses nanti, apalagi aku hanyalah anak petani yang cuman lulusan SMP saja. Sedangkan kelak, kamu  akan menjadi orang besar. Tidak seperti Aku” ucap Nass

            Dermaga yang tadinya begitu sejuk akan hembusan angin sepoi-sepoi yang berhembus menusuk tubuh, suara-suara pecahan ombak yang tadinya sedang mengeluarkan irama yang indah seakan-akan sudah tidak memiliki daya, hilang lenyap dengan segala rasa.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PAGI BUTA

Pagi buta

Seakan lagi ingin menyapa

Dengan jengkrik-jengkrik mengisi sunyi

Membangunkan jiwa yang sedang bermimpi

Suara jengkrik-jengrik masih berirama dengan mengisi sunyi akan gelapnya pagi buta. Dan aku masih asyik di terlelap tidur atas ranjang empuk yang biasanya aku harus terbangun pada jam 09:30 wib. Dan kali ini aku harus terbangun pada jam 04:00 karena ada deringan yang lagi berbisik di samping telinga kanan ku.

“Nass, kamu masih tidur??”. Tanya Mulia

“Nggak, aku sudah terbangun oleh deringan nada dari seorang putri yang begitu cantik, dan sekarang ia telah menelpon di pagi buta seperti ini. hehehe”. Nass sambil tersenyum padahal belum membuka mata dari tempat tidur.

“Hum, kebiasaan yah gombalnya. oh yah Nass, kamu tau nggak kenapa aku telpon kamu di pagi buta seperti ini ??” Tegas Mulia

“Emangnya kenapa sayang?? Nass balik bertanya

            Tidak sepertinys Mulia telpon aku sepagi buta seperti ini. Pasti ada sesuatu hal yang penting yang ingin ia sampaikan, kan baru kali ini juga kan Mulia telpon aku sepagi ini.

“Nanti sore kamu ada waktu??”

“ada sayang. Emangnya kenapa sayang?” balik ku bertanya

“kamu bisa antar aku nanti sore?” tegasnya

“Emangnya mau kemana sayang ??”

“Nanti soreeeee,,,. Nanti sore aku akan berangkat untuk pergi ke luar kota sayang, kamu bisakan antar aku di pelabuhan nanti ? ini juga kan terakhir kalinya kita berjumpa secara langsung, lagian hari perpisahan kita kan, akan lama lagi kita akan bisa bersua untuk melewati hari-hari yang seperti biasanya sayang”.

“Loh loh ko’ secepat ini sayang??  Kenapa waktu kita duduk di dermaga kemarin tidak di kasih tau langsung??” Tegasnya

            Aku tidak tau apa yang di pikirkan Mulia pada saat malam itu, kenapa dia tiba-tiba langsung memberitahukan bahwa dia akan pergi untuk hari ini, kenapa kemarin-kemarin dia tidak kasih tau akan keberangkatannya. Mulia selalu saja seperti ini.

“Nass, bisakan antar aku sore nanti ??” Tegas Mulia

“Iyah bisa sayang, inikan hari terakhirnya kita akan bersua. Kamu minta apa sama aku sebelum kamu berangkat pergi” tanyaku terhadap ia sebelum mematikan telpon.

“Nggak ada ko’ sayang, aku hanya ingin kamu antar aku di pelabuhan nanti sore itu saja.”

“Iyah iyah, aku langsung ke rumah mu saja nanti siang. Sembari membantu beres-beres barag kamu sayag yah” sambil mematikan handphone

“iyah datang langsung saja di rumah, sepertinya aku sibuk urus barang-barang. Sudah adzan, waktu sholat. Jangan tidur lagi, sana pergi sholat dulu sayang”. Tegas mulia

“Siap big bos, sampai bertemu nanti siang yah, by by”

            Aku memaksakan diri untuk ceria, meskipun hati belum bisa menerima akan sebuah perpisahan yang akan membuat ku rindu dengan sesosok perempuan yang begitu aku sayangi. Rasanya entah seperti apa, aku bingun dengan perasaan ini

AKU DAN TANDA TANYA

Seperti senja

Hadir dengan  keindahan cahaya

Ketika insane mulai menikmati

Namun, ia malah berlalu pergi

            Seketika saja hati ini harus merasakan kehilangan, seakan retak, tidak berdaya melihat ia harus pergi meninggalkan aku, entah seberapa lamanya ia akan pergi. Namun, hati seakan tidak ikhlas untuk melepaskan ia pergi jauh dari ku.

“Assalamu alaikum”

“Waalaikumu salam. Siapa ?” Tanya ibunya Mulia

            Ibunya mulia sangatlah baik, ramah. Bahkan tidak pernah merasa lebih tinggi dengan yang lain meskipun keturan beliau merupakan orang-orang yang berada. Namun, kebaikannya sungguh sangat luar biasa. Pantas saja orang-orang yang bekerja di rumahnya tidak mau pindah. Bahkan ada yang bekerja selam puluhan tahun saking betahnya mereka.

“Nass bu, Ada Mulia bu ?” sambil mencium tangan

“Oh nak Nasrullah, gimana kabar mu nak ? ayook silahkan masuk” ajak ibunya Mulia

            Kedatangan di sore itu sambut baik oleh ibunya Mulia, lagian aku dan keluarganya Mulia sudah saling kenal, bahkan tentang hubungan Aku dan Mulia di dukung penuh sama orang tuanya mulia. Karena ibunya mulia dan ibunya aku merupakan sahabat baik dari dulu.

“Ayok duduk Nass, ibu panggilkan mulia dulu yah”

“Iyah bu” jawab nass

“Mul,,,,,  Mul,,,, Mul,,,,, ini ada Nass yang ada datang. Ayook sini, ibu mau keluar nih” ibu memanggil Mulia

“Iyah iyah Bu, Mul pakai jilbab dulu sebentar” jawab Mul

            Mul merupakah Gadis yang suka memakai Jilbab, meskipun dia terkadang keras kepala. Namun, Ia tidak akan lupa kewajibannya sebagai Insane yang akan kembali kepada sang pencipta. Dan harus di bawa bekal sebagai penyelamat ataupun penerang jalan hidupnya di akhirat kelak.

“ Nas, kamu dari tadi nunggunya?” Tanya mul

“Barusan saja, oh yah. Sudah selesai beres-beresnya?” Tanya nas

“Iya sudah, tinggal nunggu Ibu yang pergi keluar sebentar, baru kita berangkat” simpul Mul

“Emang jam berapa kita berangkat, inikan baru jam 01:45 wib. Mul” tegas Nas

“Iyah tau Nas, tapi kapalnya jadi berangkat jam 02:00 wib Nas”

“Berarti sebentar lagi Kamu akan berangkat dong?” Nas, seperti tidak karuan gituh.

“Iyah, jangan cemberut kayak gituh dong” Mul tersenyum sambil menatap

“Gimana nggak cemberut, kamu akan pergi ninggalin Aku” tagas Nas

“Kan masih bisa telponan, vc via wa ataupun sebagainya kan Nas” mul penuh dengan rasa bersalah

            Aku nggak tau harus berkata apalagi, kini Mulia akan pergi begitu cepat ninggalin Aku.  Rasanya sangat berat jika harus melihat Mul akan pergi secepatnya. Tapi gimanakan lagi, aku harus kuat dengan keadaan ini. Ini semua demi masa depannya Mul.

 

PELABUHAN

Air mata jatuh menetes

Mengalir, dan terus mengalir

Membasahi setiap gerak langkah kaki

Oh, yang di cinta akan segera beranjak pergi

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

BEM NUSANTARA UNTUK SIAPA ?

AKU DAN NONA

"CERPEN" CINTA TERPENDAM DI MASA PUTIH ABU-ABU