KEBEBASAN DALAM PERSPEKTIF BARAT


Berbicara tentang kebebasan dalam perspektif barat yang jelas kita menggunakan Objek material dan objek Formal yang bagaimana pandangan barat melihat tentang kebebasan itu sendiri, Sama hal ketika kita menyusun makalah, Skripsi ataupun tesis pasti punya Objek material dan objek Formal.

Kebebasan itu sendiri di pandang sebagai nilai agung, Istilahnya sumom bonum. Jadi dia dipandang nilai agung yang di coba oleh para pemikir di masukan untuk menelaah dan mengkaji beberapa tema-tema dalam aspek-aspek kehidupan. Misalnya Politik, ekonomi, sosial dan sebagainya.

Secara pandangan Filosifis/filsafat bagaimana kita melihat kebebasan secara, ontologis, Epistemogis dan secara Moralitas.
Pertama secara gambaran Umum.
Dalam pandangan Thomas Hobbes yang coba mendekspirisikan kebebasan sebagai tindakan yang sewenang-wenang dari individu dan di anggap sah-sah saja. Sehingga banyak orang memandang dalam pandangan Hobbes ini dia bersifat kebebasan negatif karena tidak memiliki batasan-batasan tersendiri. Sebenarnya kita ketahui sendiri bahwa Hobbes ini di kenal sebagai istilah "Homo Homuni lupus" (Manusia adalah serigala bagi manusia yang lain).
Istilah tersebut pertama kali dicetuskan dalam karya Plautus berjudul Asinaria (195 SM lupus est homo homini)

Setelah itu ada Imanuel khan yang mencoba mereduksi pandangan Hobbes bahwa kebebasan itu bukan berarti tindakan sewenang-wenang tetapi kebebasan merupakan otonomi atau legislasi diri dalam pembawaan moralitas. Dalam artian, perilaku seseorang ini dikatakan bebas ketika apa yang ia lakukan bukan dorongan dari luar tapi merupakan tindakan berdasarkan aspek kerasionalitasannya, dan dia memiliki alasan yang rasional terhadap tindakannya. itu merupakan alasan tentang kebebasan bagi Imanuel Khan.

Secara Sosial kita lihat dari pandangan Jhon Stuart  Mill sama dengan Hobbes namun sedikit berbeda karena dia masih menyimpang ruang untuk kebebasan itu dibatasi, karena ketika kebebasan itu di batasi maka orang yang di luar dari diri kita ini bisa saja disakiti oleh kebebasan yang kita miliki.

Dan terakhir ada Hegel yang mencoba menarik kebebasan dalam rana Moralitas dan dia jadikan kebebasan sebagai alat memahami tujuan hidup manusia, jadi manusia itu di katakan perilakunya baik karena berbicara moralitas. Baik dan buruk perilaku manusia itu sejauh mana dia mampu mengekspresikan dan dis bisa mengaktualisasikan kebebasan yang ia miliki, Namun. Disini ia menempatkan lingkungan rasional untuk mengorganisir kebebasan-kebebasan dari Individu itu sendiri.

Namun disini kita akan berbicara tentang kebebasan ditinjau dari segi Eksistensialis, Karena memang pada beberapa dari aliran-aliran dalam Filsafat yang banyak mengangkat tema Kebebasan itu sendiri adalah aliran Eksitensialis. Maka yang perlu kita ketahui pertama apasih yang dimaksud tentang keadaan Eksistensialis.

Jadi menurut aliran Eksistensialis keadaan Eksistensialis adalah keadaan dimana manusia dituntut untuk memberikan respon atau jawaban atas situasi-situasi yang menggocang kediriannya.
Contohnya: kematian, ketertindasan, kemenjadian dan sebagainya.
Pada aspek ini kebebasan dijadikan sebagai karakterisasi untuk mengatasi keadaan Eksistensialis tersebut.

Dalam pandangan Eksistensialis khususnya Sartre, Dia mencoba melihat Otentitas manusia itu berdasarkan sudut pandang kebebasan kita. Manusia dikatakan Otentik ketika dia mampu mengaktualkan kebebasannya, Maka dia membagi Aspek kemenjadian manusia menjadi dua. Ada yabg di bilang Ensoa dan Persoa. Dimana Ensoa di gambarkan sebagai proses kemenjadian benda-benda di luar manusia, disana tidak ada firmasi dan dengasi, tidak positif dan negatif. Dan dia hanya berbicara tentang ia diam, apa yang menjadi kejadian benda di luar manusia itu sudah terjadi secara utuh dan tidak mengalami penambahan.
Contohnya seperti batu, dari dulu sampai dengan sekarang kemenjadiannya tetap batu.

Berbeda dengan manusia, bedanya dengan manusia ada ketakterlesaian dalam kemenjadiannya. Makanya Sartre melihat ketakterlesaiannya dalam kemenjadiannya di masukan sebagai kebebasan sebagai proses kemenjadiannya, kemenjadian dalam diri manusia itu bersifat reflektif. Dimana hanya manusialah yang mampu merefleksikan apa-apa yang telah di lalui sehingga memiliki proyeksi tentang massa depan bahwa kedepan ia harus menjadi apa.

Jadi, yang paling penting kebebasan diletakan dalam diri individual bukan di letakan di luar diri kita. Dalam artian aliran Eksistensialis mengatakan bahwa ada di ikatan Betvei dimana betvei ini ketika kita meletakan kebebasan kita di luar dari diri seorang, dan kebebasan yang di maksud disini bukan kebebasan naif yang kadang kali kita menafsirkan secara dangkal dalam artian bertingkat sesuka hati kita.

Tetapi kebebasan yang di maksud dalam aliran ini ada sebuah tanggung jawab yang dilahirkan setelahnya, maka dari itu dalam kemenjadian diri manusia seharusnya dia harus melalui dengan sendiri karena pada akhirnya ada sebuah pertangguang jawaban yang tidak di timpakan pada orang lain tapi pada diri kita sendiri. Makanya perlu kebebasan dalam kemenjadian karena apa yang menjadi kemenjadian kita akan di mintai pertanggung jawaban.

Ada pepatah jerman lama yang mengatakan: kebebasan itu bukanlah hal-hal yang kita lakukan tanpa adanya pertanggung jawaban, dan disini dia selaras dengan aliran-aliran Esksistensialis.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

BEM NUSANTARA UNTUK SIAPA ?

AKU DAN NONA

"CERPEN" CINTA TERPENDAM DI MASA PUTIH ABU-ABU