TERUNTUK SANG IBU
Foto Penulis: Andri Landada
Teruntuk sang ibu
Sekiranya ananda lagi merindu
Hasrat ku ingin sujud di kaki mu
Namun apalah daya engkau tidak meridhoiku
Ibu
Ingin sekali rasanya aku tidur di pangkuan mu
Merasakan kasih sayang seperti teman-teman yang mendapatkan kasih sayang seorang ibu
Bercanda ria penuh dengan kebahagiaan
Membelai rambut seorang anak yang ingin di manjain oleh seorang ibu
Seperihal untaian kata yang ananda coba tuliskan untuk mu
Meneteskan air mata mengharapkan kasih sayang mu
Mulut bisa berkata bohong bahwa aku kuat menghadapi sikap mu ibu
Namun, hati ku berkata lain ketika aku melamun dalam kehampaan ku
Ibu
Sesajak kata hati mulai aku curahkan
Betapa pahitnya kehidupan yang aku rasakan
Ingin sekali aku mencurahkan kepada mu
Namun, sangat sulit untuk ku ceritakan ketika engkau tidak menolehkan wajahmu terhadap ku
Ibu
Kebencian mu adalah semangat langkah kaki ku
Bagaimana setiap langkah itu menjadi makna terpahit dalam didikan mu
Tetesan air mata itu selalu berderai dengan kesendiriannya
Ibu
Umurku kini mulai bertambah
Dan akupun mulai terpangkul dari sedih
umur yang ke 24 tahun ini
Seharusnya aku sudah mampu untuk berdikari
Ibu
24 tahun kita tidak pernah tinggal bersama
24 tahun kita tidak pernah saling menyapa
Saling memandang sebelah mata
Dan kini ananda mengucapkan permohonan maaf.
Sekiranya ananda lagi merindu
Hasrat ku ingin sujud di kaki mu
Namun apalah daya engkau tidak meridhoiku
Ibu
Ingin sekali rasanya aku tidur di pangkuan mu
Merasakan kasih sayang seperti teman-teman yang mendapatkan kasih sayang seorang ibu
Bercanda ria penuh dengan kebahagiaan
Membelai rambut seorang anak yang ingin di manjain oleh seorang ibu
Seperihal untaian kata yang ananda coba tuliskan untuk mu
Meneteskan air mata mengharapkan kasih sayang mu
Mulut bisa berkata bohong bahwa aku kuat menghadapi sikap mu ibu
Namun, hati ku berkata lain ketika aku melamun dalam kehampaan ku
Ibu
Sesajak kata hati mulai aku curahkan
Betapa pahitnya kehidupan yang aku rasakan
Ingin sekali aku mencurahkan kepada mu
Namun, sangat sulit untuk ku ceritakan ketika engkau tidak menolehkan wajahmu terhadap ku
Ibu
Kebencian mu adalah semangat langkah kaki ku
Bagaimana setiap langkah itu menjadi makna terpahit dalam didikan mu
Tetesan air mata itu selalu berderai dengan kesendiriannya
Ibu
Umurku kini mulai bertambah
Dan akupun mulai terpangkul dari sedih
umur yang ke 24 tahun ini
Seharusnya aku sudah mampu untuk berdikari
Ibu
24 tahun kita tidak pernah tinggal bersama
24 tahun kita tidak pernah saling menyapa
Saling memandang sebelah mata
Dan kini ananda mengucapkan permohonan maaf.
Komentar
Posting Komentar