IBU BERMUKA BUSUK
Ranting-ranting,
Patah tanpa di bayang,
Dedaunan,
Jatuh tanpa arahan,
Suara-suara yang di teriakan,
Air mata yang jatuh berlinangan,
Darah yang bercucuran,
Kenapa tidak pernah di hiraukan ?
Kemarin, terpampang spanduk-spanduk di pinggiran jalan,
Para politisi sudah mulai bertebaran,
Bahkan, sama saling menjatuhkan,
Pencitraan dimana-mana,
Rela jalan kaki di setiap rumah,
Mencium tangan para orang tua,
Bahkan hebat bersandiwara untuk meneteskan air mata,
Dari periode pertama,
Engkau hadir dengan selogan Bima Ramah,
Namun selogan Bima ramah,
Hanya membuat rakyat semakin marah,
Dan untuk periode kedua,
Engkau kembali dengan selogan Bima ramah,
Namun, sudah nampakah bima ramah itu?
Kini, enam tahun sudah berjalan,
Tapi Bima ramah Tidak pernah kelihatan,
Entah sedang apa?
Entah kemana ?
Engkau hanya menunjukkan bahwa Bima Ramah itu hanyalah selogan saja,
Untuk ibu yang bermuka lugu,
Dengarkanlah suara dari kami anak pinggiran,
Bahwa kami menginginkan kesejahteraan,
Bukan janji-janji Palsu,
Sabtu, 19 September 2020
Andri Landada
Komentar
Posting Komentar